Pengamat sepak bola Indonesia, Anton Sanjoyo, mengusulkan agar timnas Indonesia meninggalkan sistem pemusatan latihan (Training Camp/TC) yang terkesan elitis. Menurutnya, sistem TC justru bisa menjadi jebakan zona nyaman bagi pemain, yang akhirnya menurunkan motivasi mereka untuk terus berkembang. TC dilakukan dengan memilih sekitar 23 hingga 30 pemain yang kemudian menjalani program latihan intensif selama berbulan-bulan. Fokusnya adalah untuk mematangkan pemain-pemain terpilih. Namun, dalam sistem ini, tidak ada banyak perubahan dalam posisi pemain, dan pergantian hanya dilakukan jika ada keadaan darurat, seperti cedera.
Anton menilai bahwa sistem tersebut menciptakan zona nyaman yang mengurangi gairah pemain untuk berkembang lebih jauh. Ia percaya bahwa sistem ini adalah salah satu faktor yang membuat daya saing timnas Indonesia menjadi lemah. “Pemusatan latihan panjang dalam berbagai bentuk seperti Primavera, Baretti, atau SAD, menciptakan sistem elitis. Perbedaannya adalah dalam sistem elitis, pemain merasa aman dan tidak ada persaingan yang ketat,” jelas Anton Sanjoyo kepada Kompas.com.
“Kalau dalam kompetisi, jika penampilan buruk di dua minggu pertama, pemain bisa tersingkir, tetapi dalam sistem elitis, meskipun penampilan buruk, pemain tetap aman,” lanjutnya. Menurut Anton, inilah yang menghambat kemajuan pemain, karena mereka merasa sudah berada di posisi terbaik dan tidak lagi terdorong untuk memperbaiki diri.
Masalah mentalitas pemain juga mendapat perhatian dari Anton. Banyak pemain yang merasa sudah cukup jika berhasil masuk ke dalam timnas, meskipun itu timnas kelompok usia. Sistem elitis tersebut menciptakan kesan bahwa timnas adalah tempat eksklusif bagi pemain-pemain terbaik, yang membuat mereka merasa bahwa mereka telah mencapai puncak prestasi dan kehilangan semangat untuk berkembang lebih lanjut.
“Pemain merasa ‘wow, saya sudah masuk timnas, ini adalah puncak saya sebagai pemain bola’. Padahal, itu hanya timnas kelompok umur,” kata Anton.
Jika sistem elitis terus dipertahankan, Anton berharap ada upaya khusus untuk menjaga semangat pemain. Para pemain harus diberi pemahaman bahwa masuk timnas bukanlah akhir dari perjalanan mereka, melainkan awal dari babak baru untuk terus berkembang. Dengan begitu, mereka tidak terjebak dalam zona nyaman.
“Saya pernah bilang kepada Dony Tri, anak didik saya di Liga Kompas, ‘kamu belum masuk timnas, masih pemain kelompok umur. Jangan merasa pekerjaanmu selesai. Tetap berlatih keras agar bisa masuk timnas’,” tuturnya.
“Saya selalu mengingatkan hal ini karena federasi sendiri sering mengedepankan label timnas demi keuntungan. Timnas menjadi komoditas yang dijual dengan rating tinggi di TV,” tambah Anton.
Sebagai penutup, Anton Sanjoyo menegaskan bahwa bagi tim U20 Indonesia, perjalanan mereka masih panjang.
Artikel Terkait : https://brittanygilbertdesign.com/
Leave a Reply